Laman

Jumat, 30 April 2010

The Legend of Malin Kundang


At one time, there lived a family of fishermen in coastal areas of west Sumatera. Because the financial condition of the family concerded, the father decided to make a living inthe country by wading across the wide oceans . Malin's father never returned to his hometown so that her mother had to replace the position of Malin"s father for a living .

Malin including a smart boy but a little naughty . He often chasing chickens and hit him with a broom. One day, when Malin was chasing chickens, he tripped over a stone and a stone hit his right arm injury . The wound became trace and can not be lost .

Feeling sorry for the mother who threw the bones for a living to raise themselves. Malin decided to go wander in order become rich after returning to his hometown someday.

Malin kundang's mother less initially agreed, remembering her husband also never returned after going migrate but Malin insisted that he was willing finally took off Malin go wander the ship boarded a merchant , During their stay in the ship, Malin kundang lot to learn about seamanship on the crew already experienced.

Along the way, suddenly climbed Malin kundang ship attacked by pirates. All merchandise the vendors who were on the ship seized by pirates. Even most of the crew and people on board was killed by the pirates. Malin kundang lucky, he could hide in a small space enclosed by the timber so as not to be killed by the pirates.

Malin kundang float amid sea, until finally the ship in which he stranded on a beach. With the remaining force, Malin kundang walk towards the village closestto the beach. Malin village where villager stranded is very fertile. With tenacity and perseverance in working, over time Malin had become a wealthy man. He has many fruit merchant ship with a child of more than 100 people . After becoming rich, Malin Kundang marry a girl to be his wife.

News Malin kkundang who have become wealthy and have been married to the mother also told Malin kundang. Malin kundang's mom feel grateful and very happy his son has succeded. Since then, the mother of Malin kundang every day go to the dock, waiting for their children who may return home.

After some time to get married,
Malin and his wife made the voyage with the crew as well as a lot of bodyguards. Malin's mother who saw the arrival of the ship to the dock to see there are two people standing on the dock. He believes that it is standing Malin Kundang son and his wife.

Malin's mother was headed toward the ship. Once close enough, his mother saw the scar right person, the moreassured his mother that he was approached Malin Kundang. "Malin Kundang, my son, why did you go so long without sending a word?". He said, hugging Malin Kundang. But to see woman dressed in old tattered and dirty hugged Malin Kundang became angry even though he knew that old woman is the mother, because she was embarassed when this is known by his wife and also his subordinates.

Get treated like that of his son's mother is very angry to Malin kundang. He did not expect their children to be children of disobedience. Because anger is mounting, Malin's mother swore his son. "Oh my god, if he my son, I cursed him into a stone".

Not long afterwards Malin Kundang go sailing and on the way coming storm destroyed the ship of Malin kundang awesome. After that Malin kundang body slowly becomes rigid and eventually finally shaped into a rock.
Until now BATU MALIN KUNDANG can still be seen at the beach called AIA MANIH coast city of Padang, west Sumatra.

















LEGENDA MALIN KUNDANG

Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di wilayah pesisir barat Sumatera. Karena kondisi keungan keluarga buruk, sang ayah memutuskan untuk merantau dengan mengarungi lautan yang luas di seluruh negara. Ayah Malin tidak pernah kembali ke kampung halamannya lagi sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah untuk hidup Malin.

Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu haru, ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan mengalami cedera pada lengan kanannya, lukanya menjadi bekas dan tidak bisa hilang.

Merasa kasihan melihat ibunya banting tulang untuk menghidupi mereka, Malin memutuskan untuk pergi merantau agar menjadi kaya setelah kembali ke kampung halamannya kelak.

Ibu Malin Kundang awalnya kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah merantau, tetapi Malin bersikeras bahwa ia bersedia dan akhirnya ibunya melepas Malin pergi merantau naik kapal pedagang. Selama mereka tinggal di kapal, Malin kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada awak yang sudah berpengalaman.

Sepanjang jalan, tiba-tiba kapal Malin di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal di bunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia bisa bersembunyu di ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak di bunuh oleh para bajak laut.

Malin kundang mengapung di tengah laut, sampai akhirnya kapal dimana ia terdampar di pantai. Dengan kekuatan yang tersisa, Malin Kundang bejalan menuju desa dekat pantai. Desa dimana Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan ketekunan dalam bekerja, Dari waktu ke waktu malinpun menjadi orang kaya. Dia telah banyak membuat kapal dengan anak lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya, Malin Kundang menikahi seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya dan telah menikah sampai di telinga ibunya. Ibu Malin Kundang yang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah sukses, sejak saat itu terus saja pergi ke dermaga, menunggu anaknya yang mungkin pulang ke rumah.

Setelah beberapa waktu menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran beserta awak kapalnya. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal ke dermaga melihat ada dua orang berdiri di dermaga. Ia percaya bahwa seseorang yang bediri di sana adalah anak kandungnya dan istrinya.

Ibu Malin sudah menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka orang yang tepat, dan ibunyapun mendekat dan berkata "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan sebuah surat?". Diapun memeluk Malin Kundang. Tapi ketika melihat seorang wanita yang berpakaian compang-camping tua dan kotoe memeluknya, Malin Kundang menjadi marah mekipun dia tahu bahwa wanita tua itu adalah ibunjya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istri juga anak buahnya.

Mendapat perilaku seperti itu ibu Malin sangat marah. Dia tidak mengharapkan anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahan memuncak, ibu Malin menyumpahi anaknya, "Ya Tuhan, jika dia anakku, kutuklah dia menjadi batu".

Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan akhinya menjadi bantu. Sampai saat ini batu malin kundang masih dapat di lihat di pantai ALA MANIH di sebut kota pantai Padang, Sumatera Barat.